Dini mengeluarkan modal awal kedai kopi sebesar Rp. 250 juta untuk merintis bisnis kedai kopi. Modal ini digunakan untuk menyewa sebuah ruko sebesar Rp. 150 juta/tahun dan Rp. 100 juta dipergunakan Dini untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan peralatan kedai kopi. Bagi Dini, perlu waktu tiga bulan untuk melakukan uji coba resep guna mendapat cita rasa kopi yang variatif dan pas di lidah konsumen. Untuk mendapatkan formula yang pas, Dini sengaja menguji segala jenis kopi nusantara. Setelah melakukan serangkaian uji coba selama tiga bulan dan membagi tester kepada rekan, keluarga dan kerabat. Maka Dini mendapatkan racikan rasa yang pas dan konsep kedai kopi yang berbeda dengan kedai-kedai kopi lainnya. “Saya belajar secara otodidak dengan barista untuk tahu bagaimana meracik rasa kopi yang pas di lidah, karena saya ingin setiap konsumen yang datang ke Kedai Kopi Mimpi bisa merasakan sensasi yang berbeda saat menikmati aroma dan rasa kopi kita," ungkap Dini.
Demi menarik pelanggan, ruangan Kedai Kopi Mimpi didesain senyaman mungkin agar pengunjung Iebih santai dan merasa nyaman untuk nongkrong, apalagi ada fasilitas wi-fi. Saat masuk ke dalam ruangan, terlihat berbagai hiasan seperti lampu lampion, lukisan dan miniatur-miniatur kendaraan dan elektronik. Tak hanya meja dan kursi, Kedai Kopi Mimpi ini juga dilengkapi sofa, dan kapasitas ruangan menampung hingga 30 orang pengunjung. Prediksinya pun tak meleset, di awal menjalankan usahanya, Dini mengaku mendapatkan respons yang cukup positif. Bahkan seminggu setelah usahanya berjalan kedai kopinya tidak pernah sepi dari pengunjung, setidaknya 10 hingga 20 pengunjung setiap harinya. Di awal usaha Dini mengenalkan usahanya dengan promosi dari mulut ke mulut dan terbantu dengan lokasi yang cukup strategis yaitu di pinggir jalan raya dan sekitar perkantoran.
Omset Kedai Kopi.
Walau belum genap satu tahun, bisnis Kedai Kopi Mimpi sudah menunjukkan perkembangan yang menjanjikan. Setiap hari Dini menjual kopi sebanyak 30 cangkir dengan pendapatan sebesar Rp. 750 ribu, jika diakumulasikan penjualan setiap bulannya mencapai 900 cangkir dengan omset mencapai Rp. 22,5 juta. Jika ditambah dengan pendapatan dari hasil penjualan menu makanan dan lainnya setiap hari yang mencapai Rp. 1 juta. Maka omset keseluruhan yang diperoleh Dini setiap bulan mencapai Rp. 52,5 juta dengan keuntungan mencapai 57% atau berkisar Rp. 24 juta.
Persaingan.
Diakui Dini, persaingan usaha kedai kopi memang sangat ketat, karena memang usaha seperti ini dapat ditemui di mana pun. Untuk itu ia terus berupaya menjaga kualitas produk yang ditawarkan, yakni dengan benar-benar memilih biji kopi dengan kualitas bagus. Selain itu inovasi dalam varian rasa akan terus dikembangkan, sehingga ke depannya varian rasa yang ditawarkan Kedai Kopi Mimpi akan semakin beragam. Mengenai obsesi, jika melihat grafik penjualan yang semakin meningkat dari bulan ke bulan, Dini merasa optimis untuk lebih mengembangkan usaha kedai kopinya. Bahkan di tahun depan Dini akan memperluas kedai kopinya dengan membuka cabang baru.
Kendala dan Resiko.
Ketika disinggung kendala selama melakoni usahanya ini, Dini mengaku belum menemukan kendala yang berarti, kalau pun ada lebih kepada karyawan yang bertugas meracik kopi atau barista, karena memang kunci keberhasilan usaha kedai kopi berada di tangan si peraciknya. Kendala seperti ini sudah bisa diatasi oleh Dini dengan rutin memberikan pelatihan kepada karyawan-karyawannya.“Kunci dari rasa kopi terletak pada ketepatan barista dalam meracik takaran, jika barista tidak mengikuti SOP yang sudah ditentukan maka kualitas rasa akan berbeda-beda," pungkas Dini.
Perhitungan usaha dan asumsi pendapatan kedai Kopi Mimpi per bulan
Keuntungan Bersih (46% dari omset) Rp 24.250.000
(Pendapatan — Bahan Baku - Biaya Operasional = Keuntungan Bersih).
(Rp 52.500.000 — Rp 19.250.000 — Rp 9.000.000 = Rp 24.250.000)
Asumsi pengeluaran Kopi Mimpi per porsi