Menteri Koordinator bagian Politik, Hukum, serta Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan miliki cerita sendiri masalah martabak Markobar yang dirintis putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming. Waktu bicara di depan beberapa ratus siswa SMA Unggul Del, Laguboti, Toba Samosir, Luhut bercerita satu diantara pengalamannya berjumpa Gibran. Pada bulan puasa lantas, Luhut diundang Presiden untuk buka puasa berbarengan. Gibran turut ada mengikuti sang bapak. Sesudah bersalaman dengan sebagian tamu, giliran Gibran hampiri Luhut. Dia berikan salam serta terlibat perbincangan sebentar. Sedikit yang mereka bicarakan, bukanlah masalah politik. Mereka bicara masalah martabak.
Luhut ajukan pertanyaan masalah perubahan usaha martabak yang tengah dirintis Gibran dan masalah gagasan merambah usaha baru diluar kuliner. Bulan puasa waktu lalu, saya buka berbarengan dengan Presiden. Gibran datang. Saya bertanya, 'Bran, bisnisnya bagaimana? Akan lebih usaha baru? ' Selalu dia katakan, 'Saya usaha katering serta martabak saja. Tidak ingin aneh-aneh, tutur Luhut. Jawaban Gibran sontak bikin Luhut heran. Anak seseorang Presiden tidak ingin memakai jabatan bapaknya untuk memperoleh keuntungan. Menurut Luhut, tak gampang menjumpai anak muda yang ingin berdikari, berdiri diatas kaki sendiri.
Sesudah pertemuan itu, ke mana juga pergi, Luhut senantiasa menceritakan mengenai usaha martabak Gibran. Bahkan juga saat Luhut tengah lakukan perjalanan ke luar negeri. Saat ini, kata Luhut, telah tak jamannya lagi seseorang petinggi memakai jabatannya untuk jalan gampang keluarga. Saya kerap bicara masalah martabaknya Gibran. Waktu saya bicara diluar negeri. Saya katakan ke mereka anak presiden Indonesia miliki usaha sendiri, buat pancake, kata Luhut, bikin beberapa orang di semua ruang tertawa mendengar kata pancake. Ya bila kita bilangnya kan martabak. Bila orang luar negeri mana ngerti martabak. Ya saya sebut saja pancake, lebih Luhut.